Aceh yang AEKI Lovers kenal merupakan provinsi paling ujung dari nusantara, selain terkenal dengan kekayaan alam yang melimpah ruah dan keindahan panorama wisatanya, Aceh juga memiliki karakteristik kesuburan tanah yang unik. Banyak jenis dari spesies tumbuhan dan flora yang hanya bisa tumbuh di tanah Aceh, tapi tidak bisa berkembang baik di propinsi lain.
Keunikan Tanah Aceh
Keunikkan dari tanah Aceh ini juga dapat memberikan variasi hasil tanaman dengan kualitas yang sangat baik, contohnya adalah tanaman kopi. Secara umum kopi yang ditanam dan dikenal di Aceh adalah jenis kopi Arabica dan Robusta. Kopi Arabica pertama kali masuk ke Aceh pada abad ke-17 dibawa oleh seorang pengusaha Belanda melalui Batavia.
Perbedaan kontur dan PH tanah di beberapa daerah Aceh menjadikan kedua kopi ini memiliki kualitas yang beragam dengan mutu yang tinggi. Salah satu daerah yang paling terkenal memiliki kualitas kopi yang sangat baik adalah Ulee Kareng yang berada di kecamatan Ulee Kareng.
Kopi Ulee Kareng
Kualitas kopi dari Ulee Kareng ini sudah sangat melegenda, karena selain memiliki cita rasa yang sangat nikmat juga dapat memberikan rasa rileks pada jaringan otak dan saraf penikmatnya. Itu sebabnya banyak rumor yang beredar jika kopi Aceh ini sering dicampur dengan Cannabis Sativa atau daun ganja, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Semua kenikmatan dalam segelas kopi Ulee Kareng ini didapatkan dari kualitas tanaman yang sangat baik, pemilihan dan pengolahan biji kopi melalui proses yang rumit dan unik serta cara penyajiannya yang berbeda. Umumnya kopi-kopi hasil produksi dari berbagai wilayah Aceh biasanya berwarna agak kecokelatan dan lebih encer saat disajikan dibandingkan kopi-kopi produksi wilayah lain di nusantara, tapi kopi dari Ulee Kareng ini walau encer tapi berwarna hitam pekat.
Kualitas Biji Kopi Merupakan Kunci
Petani-petani kopi di Aceh sangat concern dengan kualitas produksi kopinya lho, AEKI Lovers. Mulai dari kualitas bibit yang baik, hingga hasil biji kopi yang didapatkan semuanya melalui quality control yang sangat ketat. Mereka tidak akan mau mencampurkan hasil dari biji-biji kopi yang cacat atau berlubang dengan yang baik dan sempurna. Karena itu akan sangat mempengaruhi kualitas produksinya.
Proses dari panen, pemanggangan, penggilingan hingga penyaringan dilakukan dengan cara yang tidak biasa dan banyak memakan waktu. Contohnya: Selama proses pemanggangan saja, biji-biji kopi ini memakan waktu hingga 4 jam. Kemudian dicampurkan gula dan mentega dengan dosis tertentu saat kematangan mencapai 80%. Setelah benar-benar matang baru masuk ke penggilingan dan penyaringan. Proses ini akan menyikirkan rasa asam dan membangkitkan cita rasa kopi yang nikmat dengan aroma kopi yang kuat.
Cara penyajiannya juga terbilang unik di mana ada 2 jenis penyajian yang umum, yakni penyajian dengan penyaringan ampas kopi dan penyajian beserta ampas kopinya yang biasa disebut kopi tumbruk. Jika kita jalan-jalan di kota Medan, maka kita akan banyak menemukan warung kopi Aceh pinggir jalan yang menyajikan kopi Ulee Kareng ini. Dan sekarang sudah mulai banyak yang bermetamorfosis menjadi cafe-cafe khusus kopi Aceh.